Gunung Uhud adalah gunung yang terbesar
di Madinah, letaknya sekitar empat kilometer sebelah timur laut kota
Madinah. Di sebelah utara Gunung Uhud, terdapat makam Nabi Harun As.
Dalam bahasa Arab, uhud berasal dari kata ahad yang berarti ‘satu’. Lantas mengapa gunung yang panjangnya 600 meter ini diberi nama ‘Uhud’? banyak versi.
Versi pertama menyebut, karena gunung ini
berdiri sendiri, tidak tersambung dengan bukit atau gunung yang lain.
Gunung gunung atau bukit lain di Madinah saling bersambungan. Versi
berikutnya menyebut, karena para ahli Madinah atau penduduk sekitar nya
adalah hamba Allah yang bertauhid dan penyebar tauhid. Uhud merupakan
simbol ketauhidan atau keesaan Allah.
Tapi ada juga versi bahwa nama ‘Uhud’ memang diberikan sendiri oleh Allah secara tauqifi, ketetapan yang tak dapat diubah. Diambil dari Ahad (Al-Ikhlash).
Banyak riwayat yang menyebutkan kemuliaan
dan kecintaan Rasulullah terhadap Gunung Uhud. Sahabat Anas bin Malik
meriwayatkan sabda Rasulullah yang artinya, “Uhud adalah sebuah gunung
yang mencintai kami dan kami pun mencintainya.”
Dalam hadits yang lain Anas juga
meriwayatkan hal yang sama, namun ada tambahannya, “Uhud adalah gunung
yang mencintai kami dan kami mencitainya; apabila kalian mendatanginya,
makanlah dari pohonnya walaupun dari pohon yang besar dan berduri”.
Sahabat Sahil bin Saad meriwayatkan sabda Rasulullah, “Uhud adalah salah satu tiang dari tiang-tiang surga.”
“Tenang, Wahai Uhud..”
Sejarah mencatat kejadian besar terjadi
di Gunung Uhud pada masa Nabi Muhammad, yaitu peperangan yang terjadi
pada tahun ke-3 Hijriyyah atau 625 M.
Setelah mengalami kekalahan pada perang
Badr, kaum kafir Quraisy Makkah hendak mengadakan pembalasan dengan
menyerang kota Madinah. Dibawah pimpinan Abu Sufyan dan Khalid bin
Walid, pasukan berjumlah 3000 orang mendatangi Madinah. Semuanya
memiliki persenjataan lengkap, 700 tentara mengenakan baju zirah (besi),
berkendaraan 300 ekor unta dan 200 ekor kuda.
Sedangkan pasukan Madinah hanya berjumlah
1000 orang, dan langsung dibawah pimpinan Rasulullah saw. Namun jumlah
ini susut hingga tinggal 700 orang, karena ditengah perjalanan menuju
uhud, orang orang munafik menarik diri dan kembali ke Madinah. Para
munafikin ini dipimpin Abdullah bin Ubay bin Salul.
Melihat situasi yang tidak seimbang,
Rasululah mengatur strategi dengan menempatkan 50 pemanah di bawah
pimpinan sahabat Abdullah bin Zubair di bukit yang berhadapan dengan
Gunung Uhud. Beliau memerintahkan mereka agar tidak sekali kali
meninggalkan posisinya dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.
Mulanya pasukan kaum muslimin mendapat
kemenangan. Tapi karena lupa dan tergiur oleh harta yang ditinggalkan
kaum kafir Quraisy, prajurit pemanah lupa akan pesan Rasulullah dan
turun dari bukit sebelum adanya perintah beliau. Situasi itu
dimanfaatkan benar oleh Khalid bin Walid untuk balik menyerang sehingga
pasukan kaum muslimin kocar kacir dan mengalami kekalahan.
Gugur dalam peperangan ini 70 orang. Diantaranya paman nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib, yang digelari Asadullah wa Asadur Rasul (Singa
Allah dan Rasul Nya), Mus’ab bin Umair, dan Abdullah bin Jahsyin. Para
syuhada itu dimakamkan ditempat mereka gugur, disekitar Gunung Uhud.
Tapi 46 tahun kemudian, yaitu pada masa
Khalifah Marwan bin Hakam, terjadi banjir besar sehingga makam Hamzah
dan Abdullah bin Jahsyin rusak berat. Ternyata, meski sudah lebih dari
40 tahun didalam kubur, jasad kedua sahabat itu masih segar, seperti
baru saja meninggal. Maka jasadnya dikubur ditempat lain tapi masih di
kawasan Gunung Uhud.
Pada masa daulah Utsmaniyah dibangun
sebuah masjid yang indah di makam mereka. Tapi karena menurut pemerintah
Arab Saudi para peziarah yang banyak mengunjungi makam tersebut
melakukan bid’ah dan syirik, pemerintah membongkar masjid tersebut dan
memindahkan ke tempat lain, masih disekitar Uhud. Masjid itu diberi nama
“Masjid Sayyidusy Syuhada Hamzah bin Abdul Muththalib.”
Pada tahun 1383 H, dibangun tembok tinggi
yang mengelilingi makam Hamzah dengan celah celah jeruji, agar peziarah
dapat menyaksikan makam tersebut.
Selain perang Uhud, ada juga peristiwa
yang dicatat dalam sejarah, yaitu ketika Rasulullah menaiki Gunung Uhud
bersama sahabat Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Gunung tersebut bergetar
keras, dan saat itu Rasulullah menghentakkan kakinya sambil berkata,
“Tenang dan diamlah, wahai Uhud. Sungguh diatasmu ada seorang nabi dan
shiddiq serta dua orang yang matinya syahid”
Adab berziarah di Uhud
Semasa Rasulullah saw masih hidup, beliau
sering menyempatkan diri mengunjungi Gunung Uhud untuk menziarahi para
syuhada uhud, terutama pamannya, Hamzah. Ritus menziarahi para syuhada
Uhud juga diikuti oleh Abu Bakar, Umar dan sahabat lainnya. Berdasar
itu, kita dianjurkan pula untuk melakukan hal yang sama.
Adapun adab berziarah di Pemakaman Uhud
yakni mengucapkan salam kepada para syuhada Uhud, seperti yang dilakukan
Rasulullah, yaitu, “Assalamu ‘alaikum bima shabartum fani’ma ‘uqbaddar (keselamatan bagi kalian atas kesabaran yang telah kalian jalankan, sungguh sebaik baik balasan adalah surga).”
Lalu hendaklah kita berdiri dihadapan kubur mereka seraya mengucapkan salam, “Assalamu
‘alaikum ya sayyida Hamzah, ya ‘amma Rasulillah. Assalamu’alaikum ya
asadullah. Assalamu ‘alaikum ya syuhada. Askanakumullahul jannah (keselamatan
untukmu, wahai Sayyidina Hamzah, wahai paman Rasulullah. Keselamatan
bagi kamu, wahai Singa Allah. Keselamatan untuk kalian, wahai para
syuhada. Semoga Allah menempatkan kalian di dalam surga).”
Setelah itu kita membaca Al-Fatihah dan
berdo’a, terutama doa doa yang ma’tsur (do’a yang berasal dari Nabi
Muhammad saw) baru kemudian doa yang dikehendaki.
Sumber: Majalah AlKisah no.02/Januari 2011
0 Komentar untuk "Jabal Uhud"